Senin, 25 Oktober 2010

Contoh PKP (PTK) Matematika dan Bahasa Indonesia

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
               Dalam kegiatan pembelajaran era sekarang, peranan guru yang sentralis akan sulit berkembang, bahkan dapat membelenggu minat dan bakat peserta didik yang pada akhirnya prestasi yang diharapkan akan sulit pula dicapai.
               Pengembangan pembelajaran yang dipusatkan pada keaktivan siswa terus didorong oleh pemerintah melalui berbagai kegiatan, bukan saja melalui seminar-seminar, bahkan para pengawas lembaga pendidikan pun tidak bosan-bosannya memberikan arahan, binaan dan bimbingan agar pelaksanaan pembelajaran di setiap lembaga pendidikan pemeran utamanya adalah siswa, guru hanya sebagai fasilitator dan mediator.
               Namun beberapa kendala yang dihadapi oleh guru yang menyajikan pembelajarannya sepenuhnya kepada siswa sebagai sentral  yang aktif, antara lain siswa yang sulit dikendalikan yang memungkinkan kelas tidak kondusif dan tidak jarang pula siswa menjadi super aktif.
Selain itu matematika mempunyai ciri-ciri khusus antara lain abstrak, deduktif, konsisten, hierarkis, dan logis. Soedjadi (1999) menyatakan bahwa “keabstrakan matematika karena objek dasarnya abstrak, yaitu fakta, konsep, operasi dn prinsip. Ciri keabstrakan matematika beserta ciri lainnya yang tidak sederhana, menyebabkan matematika tidak mudah untuk dipelajari, dan pada akhirnya banyak siswa yang kurang tertarik terhadap matematika”
Demikian pula pada pendidikan bahasa, yang merupakan alat komunikasi yang mengandung beberapa sifat yakni, sistematik, mana suka, manusiawi, dan komunikatif. Menjadi sulit dipahami siswa jika menganggap cukup hanya sebatas bisa berkomunikasi dengan menggunakan bahasa ibu atau lingkungan setempat, sebab pembelajaran bahasa tidak sesederhana itu bahasa merupakan alat komunikasi yang mempunyai fungsi sebagai penyatu keluarga, masyarakat, dan bangsa dalam segala kegiatannya.
               Dari permasalahan di atas, peneliti mencoba mengidentifikasikan kemudian merumuskan permasalahan itu untuk dipecahkan melalui kegiatan pembelajaran yang tepat, sehingga kelas kondusif dan siswa yang super aktif dapat terlayani dan dapat disalurkan menjadi kelas yang harmonis dan siswa yang berprestasi.
Kemudian melihat kondisi pembelajaran di kelas II SD Negeri Kertanegara II Kecamatan Haurgeulis Kabupaten Indramayu yang berjumlah 36 siswa terdiri dari 27 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan, dalam hasil belajar pada mata pelajaran matematika tentang nilai tempat hanya 5 siswa yang mendapatkan nilai di atas 70 (13,9%) dan hasil belajar pada mata pelajaran bahasa Indonesia tentang menyebutkan kembali isi teks pendek hanya 5 siswa yang mendapatkan nilai di atas 75 (13,9%). Dari data tersebut dapat digambarkan bahwa penguasaan materi kedua mata pelajaran sangat kurang diterima oleh siswa.
Untuk itu peneliti melakukan serangkaian kegiatan guna perbaikan pembelajaran, dan atas persetujuan kepala sekolah, dan dibantu teman sejawat serta dibimbing oleh supervisor, peneliti melaksanakan penelitian perbaikan pembelajaran pada mata pelajaran matematika dan bahasa Indonesia masing-masing dalam 3 (tiga) siklus

B.     Rumusan Masalah
Diketahui bahwa factor penyebab siswa kurang menguasai pemahaman materi dari kedua mata pelajaran itu, sebagai berikut:
1.      Guru kurang memberikan penerapan konsep dalam kehidupan sehari-hari
2.      Guru kurang memberi kesempatan bertanya kepada siswa.
3.      Guru kurang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.
4.      Guru kurang menggunakan alat bantu pelajaran.
5.      Guru kurang memberi tugas yang bersifat individu.
6.      Guru kurang memberikan penguatan.
Rumusan masalah dalam mata pelajaran Matematika adalah: “Apakah penggunaan media manipulatif (model stik) dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang menentukan nilai tempat pada mata pelajaran matematika?”
Dan Rumusan masalah dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah: “Apakah penerapan pendekatan komunikatif dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang menyebutkan kembali isi teks pendek pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di Kelas II SD Negeri Kertanegara II Kecamatan Haurgeulis Kabupaten Indramayu?”

C.    Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Adapun tujuan penelitian perbaikan pembelajaran adalah:
1.      Meningkatkan pemahaman siswa tentang menentukan nilai tempat dengan menggunakan media manipulatif (model stik) pada mata pelajaran matematika
2.      Meningkatkan pemahaman siswa tentang menyebutkan kembali isi teks pendek dengan penerapan pendekatan kamunikatif pada mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas II SD Negeri Kertanegara II Kecamatan Haurgeulis Kabupaten Indramayu.
3.      Di samping untuk memperbaiki pembelajaran matematika dan bahasa Indonesia, perbaikan pembelajaran juga ditujukan untuk memenuhi tugas dalam matakuliah Pemantapan Kemampuan Profesional (PDGK 4501).

D.    Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Manfaat yang diperoleh dari penelitian perbaikan pembelajaran adalah:
1.      Manfaat Teoritis
Penelitian ini bermanfaat menambah khasanah pengetahuan tentang strategi pembelajaran dengan menggunakan media manipulatif (model stik) yang dapat dijadikan alternative dalam pembelajaran matematika dan penerapan pendekatan komunikatif pada pembelajaran bahasa Indoensia di kelas II SD Negeri Kertanegara II Kecamatan Haurgeulis Kabupaten Indramayu.
2.      Manfaat Praktis
Penelitian ini memberikan manfaat secara praktis, antara lain:
a.       Bagi siswa
Untuk meningkatkan aktifitas dan semangat siswa dalam penguasaan materi pelajaran sehingga mencapai hasil yang optimal.
b.      Bagi Guru
Untuk meningkatkan kreatifitas dan inovasi guru dalam mengembangkan teknik- teknik pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan dunia pendidikan sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai,
c.       Bagi Sekolah
Model – model pembelajaran yang baik dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas sekolah sehingga harapan orang tua siswa mempercayakan pendidikan pada sekolah yang bermutu dapat terpenuhi.
d.      Bagi pendidikan secara umum
Perbaikan pembelajaran yang berjalan secara rutin dan akuntabel dapat meningkatkan mutu pendidikan, sehingga mimpi melahirkan sumber daya manusia yang mumpuni dapat tercapai

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.    Kajian Pustaka
1.      Teori Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Seringkali kita mendengar kata penelitian, yang merupakan terjemahan dari bahasa Inggris : research, yang berarti kegiatan pencaharian atau ekspolrasi untuk menemukan jawaban dari masalah yang menjadi bidang kajian. Adapun yang dimaksud dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau classroom action research, yaitu satu action research yang dilakukan di kelas. Dari segi semantik (arti kata) action research diterjemahkan menjadi penelitian tindakan. Carr dan Kemmis (McNiff, J, 1991, p.2) mendefisikan action research sebagai berikut :
Action research is a form of self – refflective enquiry undertaken by participants (teachers, students or principals, for example) in social (including educational) situations in order to improve the rationality and justice of (a) their own social or educational practices, (b) their understanding of these practices, and the situations (and institutions) in which the practices are carried out.
Berdasarkan definisi di atas terdapat beberapa ide pokok antara lain :
1)      Penelitian Tindakan Kelas merupakan satu bentuk inkuiri atau penyelidikan yang dilakukan melalui refleksi diri
2)      Penelitian Tindakan dilakukan oleh peserta yang terlibat dalam situasi yang diteliti, seperti guru, siswa, atau kepala sekolah.
3)      Penelitian Tindakan dilakukan dalam situasi sosial, termasuk situasi pendidikan.
4)      Tujuan Penelitian Tindakan adalah untuk memperbaiki : dasar pemikiran dan kepantasan dari praktek-praktek, pemahamn terhadap praktek tersebut, serta situasi atau lembaga tempat tersebut dilaksanakan
            Dari keempat ide pokok di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Penelitian Tindakan Kelas merupakan penelitian dalam bidang sosial, yang menggunakan refleksi diri sebagai metode utama dilakukan oleh orang yang terlibat di dalamnya, serta bertujuan untuk melakukan perbaikan dalam berbagai aspek. Berdasarkan pengertian tersebut maka Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan guru di dalam kelasnya melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat
Ada beberapa model PTK yang sampai saat ini sering digunakan di dalam dunia pendidikan, di antaranya: (1) Model Kurt Lewin, (2) Model Kemmis dan Mc Taggart, (3) Model John Elliot, dan (4) Model Dave Ebbutt.
Tetapi yang sering digunakan dalam pelaksanaan perbaikan dalam PTK adalah model John Elliot.
Adapun model PTK yang dikembangkan oleh John Elliot dengan susunan sebagai berikut:
Model PTK John Elliot
Agar PTK berhasil, persyaratan berikut harus dipenuhi (Hodgkinson, 1988):    (1) kesediaan untuk mengakui kekurangan diri; (2) kesempatan yang memadai untuk menemukan sesuatu yang baru; (3) dorongan untuk mengemukakan gagasan baru; (4) waktu yang tersedia untuk melakukan percobaan; (5) kepercayaan timbal balik antar orang-orang yang terlibat; dan (6)pengetahuan tentang dasar-dasar proses kelompok oleh peserta penelitian
2.      Pengertian Media Manipulatif (Matematika) dan Pendekatan Komunikatif (Bahasa Indonesia)
a.       Media Manipulatif
Media adalah alat bantu pembelajaran yang secara sengaja dan terencana disiapkan atau disediakan guru untuk mempresentasikan dan/atau menjelaskan bahan pelajaran, serta digunakan siswa untuk dapat terlibat langsung dengan pembelajaran matematika.
Media dalam pembelajaran matematika relative sama dengan media dalam pembelajaran bidang yang lain, yaitu dapat dikelompokkan berupa media:
(1)         Sederhana, misalnya papan tulis, papan grafik,
(2)         Cetak, misalnya buku, modul, LKS, petunjuk praktik, dan
(3)         Elektronik, misalnya OHT, OHP, audio, audio dan video, kalkulator, komputer, dan internet.
Dengan semakin beragamnya jenis dan mutu media pembelajaran, guru perlu semakin selektif dalam menentukan media pembelajaran.
Beberapa kriteria utama dalam memilih media adalah kecocokan dengan materi pelajaran, ketersediaan alat dan pendukungnya, kemampuan financial untuk pengadaan dan operasional, dan kemampuan/keterampilan menggunakan media dengan tepat dan benar.
Dalam pembelajaran matematika SD, agar bahan pelajaran yang diberikan  lebih mudah dipahami oleh siswa, diperlukan bahan-bahan yang perlu disiapkan oleh guru, dari barang-barang yang harganya relative murah dan mudah diperoleh, misalnya dari karton, kertas, kayu, kawat, kain, untuk menanamkan konsep matematika tertentu sesuai dengan keperluan.
Bahan-bahan itu dapat dipegang, dipindah-pindah, dipasang, dibolak-balik, diatur/ditata, dilipat/dipotong oleh siswa sehingga dapat disebut sebagai bahan manipulatif, yaitu bahan yang dapat “dimain-mainkan” dengan tangan..
Bahan ini berfungsi untuk menyederhanakan konsep yang sulit/sukar, menyajikan bahan yang relative abstrak menjadi lebih nyata, menjelaskan pengertian atau konsep secara konkret, menjelaskan sifat-sifat tertentu yang terkait dengan pengerjaan (operasi) hitung dan sifat-sifat bangun geometri, serta memperlihatkan fakta-fakta.
b.      Pendekatan Komunikatif
        Menurut Solchan, dkk (2001:6.41) pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa sering diasosiasikan dengan silabus. Pemilihan materi silabus itu sendiri tidak didasarkan pada tingkat kesukaran dan kerumitan butir struktur, tetapi didasarkan pada kebutuhan pembelajar. Oleh karena itu, analisis kebutuhan merupakan hal yang mutlak dan perlu dilakukan sebelum program bahasa Indonesia berdasarkan pendekatan komunikatif dilakukan.
        Menurut Tarigan (dalam Solchan,dkk. 2001:6.42) ada tiga jenis materi yang dipakai dalam pembelajaran bahasa dengan pendekatan komunikatif, yakni materi yang berdasarkan teks, materi berdasarkan tugas, dan materi berdasarkan realita.
        Secara umum tujuan pembelajaran bahasa Indonesia dengan pendekatan komunikatif adalah kemahiran berkomunikasi. Dalam prakteknya, kemahiran tersebut dimanifestasikan ke dalam kemahiran menyimak, menulis, berbicara, dan membaca. Berdasarkan asumsi tersebut, dalam pembelajaran bahasa Indonesia dengan pendekatan komunikatif, kita mengenal empat teknik pembelajaran yang berkaitan dengan keterampilan berbahasa. Berikut aneka teknik yang disarikan dari Tarigan yang dikutip Solchan, dkk (2001:6.46):
1)      Teknik pembelajaran menyimak
Dalam pembelajaran menyimak terdapat beberapa teknik yang dapat digunakan, seperti teknik dengar-ulang, ucap, dengar-tulis, dengar-kerjakan, dengar-terka, memperluas kalimat, menemukan benda, simak-bilang, bisik berantai, menyelesaikan cerita, identifikasi kata kunci, identitas kalimat topic, merangkum, memparafrase, dan menjawab pertanyaan.
2)      Teknik pembelajaran berbicara
Dalam pembelajaran berbicara terdapat beberapa teknik, seperti ulang-ucap, lihat-ucapkan, mendeskripsikan, substitusi, melengkapi kalimat, menjawab pertanyaan, melanjutkan cerita, cerita berantai, memberi petunjuk, bermain peran, wawancara, dan diskusi.
3)      Teknik pembelajaran membaca
Dalam pembelajaran membaca teknik yang digunakan, seperti lihat-baca, menyusun kalimat, menyempurnakan paragraph, mencari kalimat topic, menceritakan kembali, paraphrase, melanjutkan cerita, mempraktekan petunjuk, membaca sekilas, dan membaca sepintas, serta membaca SQJR.
4)      Teknik pembelajaran menulis
Dalam pembelajaran menulis beberapa teknik yang digunakan seperti menyusun kalimat, memperkenalkan karangan, meniru model, karangan bersama, menyusun kembali, menyelesaikan cerita, memerikan, mengembangkan kata kunci, mengembangkan kalimat topic, mengembangkan judul, menulis surat, menyusun dialog, dan menyusun wacana.
3.      Kriteria Pemilihan Media Manipulatif dan Pendekatan Komunikatif
Kriteria pemilihan media manipulate (model stik) dalam pembelajaran matematika tentang menentukan nilai tempat dan penerapan pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa Indonesia tentang menyebutkan kembali isi teks pendek di kelas II SD Negeri Kertanegara II Kecamatan Haurgeulis Kabupaten Indramayu didasarkan pada kata indah Carla Rinaldi dalam 30 Kiat Mencetak Anak Kreatif Mandiri (2006.5), “Kesuksesan dalam pendidikan anak sejak dini bergantung pada apakah pendidikan itu dapat berhubungan dengan lingkungan belajar di rumah dan di sekolah. Hal itu di dasarkan pada interaksi dan komunikasi antara anak, guru dan orang tua”. 
a.       Tujuan
Suatu kegiatan pembelajaran akan sangat bermakna bagi peserta didik, apabila kegiatan pembelajaran tersebut mengutamakan interaksi dan komunikasi yang baik antara guru dan peserta didiknya, artinya kegiatan pembelajaran yang dilakukan merupakan tempat bagi peserta didik dalam mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya, sehingga tujuan pendidikan yang ingin dicapai dapat terlaksana.
b.      Ketepatgunaan
Salah satu komponen yang sangat penting dalam dunia pendidikan adalah guru, guru merupakan ujung tombak pendidikan. Dalam konteks ini, guru mempunyai peranan yang sangat besar dan strategis, karena gurulah yang berada di barisan paling depan dalam pelaksanaan pendidikan. Guru langsung berhadapan dengan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran yang di dalamnya mencakup kegiatan pentransferan ilmu pengetahuan dan teknologi serta penanaman nilai-nilai positif melalui bimbingan dan juga tauladan.
Untuk itu, dalam proses pembelajaraan, metode, strategi atau kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru seyogyanya adalah sesuatu yang benar-benar tepat dan bermakna, untuk memperoleh hasil yang maksimal sesuai dengan tahap perkembangan anak, maka strategi yang guru gunakan harus tepat pula.
c.       Keadaan siswa
Keadaan siswa dikelas II SD Negeri Kertanegara II masih lugu dan sederhana. Peneliti ingin mengetahui sekaligus membuktikan apakah model pembelajaran menggunakan media manipulatif (model stik) dan pendekatan komunikatif merupakan salah satu langkah yang digunakan guru di SD tersebut dapat meningkatkan prestasi belajar para siswanya, sehingga layak mendapatkan predikat baik dan dapat menghasilkan peserta didik yang benar-benar berkualitas..
d.      Ketersediaan
Walaupun suatu model pembelajaran dinilai sangat tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran, model pembelajaran media manipulatif (model stik) dan pendekatan komunikatif merupakan model pembelajaran yang memerlukan media dan kemampuan menggunakan pendekatan pembelajaran yang bervariasi sehingga menuntut ketersediaan media dan waktu pembelajaran yang harus disiapkan secara tepat dan efesien.
e.       Biaya
Biaya yang dikeluarkan untuk menyiapkan media yang dibutuhkan dalam model pembelajaran media manipulatif dan pendekatan komunikatif hendaknya benar-benar seimbang dengan hasil yang hendak dicapai
4.      Media Manipulatif (Model Stik) dan Pendekatan Komunikatif  sebagai model pembelajaran
Usia 6-8 tahun otak anak masih dalam tahap perkembangan atau mengalami masa kematangan. Pada usia delapan tahun normalnya anak berada pada jenjang kelas dua SD yang sebenarnya masih merupakan masa-masa keemasan bagi anak, karena proses menerima dan menyerap berbagai bentuk pengalaman baik dari guru atau pun lingkungan sekitar akan dengan mudah mereka terima.
Sesuai  dengan pembelajaran yang dilaksanakan di kelas bawah sekolah dasar yang menggunakan pembelajaran tematik maka model pembelajaran media manipulatif (miodel stik) dan pendekatan komunikatif sangat tepat digunakan, beberapa mata pelajaran diintegrasikan dalam satu pembelajaran, namun peneliti mencoba meneliti hasil dari model pembelajaran media manipulatif dari sisi mata pelajaran Matematika dan pendekatan komunikatif dari sisi mata pelajaran bahasa Indonesia sebagai induk yang dikaitkan dengan mata pelajaran lain yang sama temanya, sehingga penguasaan materi Matematika dan Bahasa Indonesia dapat ditingkatkan
5.      Hakikat Pembelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia
Berdasarkan hasil analisis terhadap buku pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia SD Kelas II, dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.       Pengertian
Pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga peserta didik memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari.
Sedangkan pembelajaran bahasa Indonesia merupakan sebuah pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan sikap dan perilaku positif dalam berbahasa, khususnya bahasa Indonesia. Dari hanya memiliki empat keterampilan berbahasa menjadi sebuah pembelajaran yang aktif produktif.
b.      Karakteristik
Karakteristik pembelajaran Matematika yaitu pembelajaran yang konstruktivistik, yang dapat memecahkan masalah, melakukan penyelidikan matematis, dan penemuan terbimbing,
Sedangkan karakteristik pembelajaran bahasa Indonesia yaitu pembelajaran yang ditekankan pada sikap dan pemakaian bahasa yang kontekstual
c.       Prinsip-prinsip Pembelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia
Prinsip-prinsip pembelajaran matematika agar tercapai kompetensi, sebagaimana dijelaskan oleh Gatot Muhsetyo, dkk (2008:1.26) salah satu komponen adalah penggunaan strategi pembelajaran matematika, yang sesuai dengan:
(1)   Topic yang sedang dibicarakan,
(2)   Tingkat perkembangan intelektual peserta didik,
(3)   Prinsip dan teori belajar,
(4)   Keterlibatan aktif peserta didik,
(5)   Keterkaitan dengan kehidupan peserta didik sehari-hari, dan
(6)   Pengembangan dan pemahaman penalaran matematis.
Sedangkan prinsip-prinsip pembelajaran bahasa Indonesia seperti dijelaskan oleh Tarigan (dalam Solchan,dkk. 2001:6.42) ) seperti:
(1)   Materi harus menunjang tujuan yang dirumuskan dalam kurikulum
(2)   Materi harus autentik
(3)   Materi harus mampu menstimulasi terjadinya interaksi antara guru dengan siswa satu dengan siswa lainnya
(4)   Materi memberikan kesempatan siswa untuk memperhatikan bentuk-bentuk bahasa
(5)   Materi harus mampu mendorong siswa mengembangkan keterampilan belajar yang lain, dan
(6)   Materi harus mampu mendorong pembelajar menerapkan keterampilan berbahasa.
6.      Hasil Belajar
Hasil belajar (bhs belanda, prestatie = hasil usaha) dalam literature selalu dihubungkan dengan aktivitas tertentu, seperti dikemukakan oleh Robert M. Gagne bahwa dalam setiap proses akan selalu terdapat hasil nyata yang dapat diukur dan dinyatakan sebagai hasil belajar (achievement) seseorang.
Kemudian Syah (2002:141) menjelaskan bahwa: “Prestasi belajar merupakan taraf keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah dinyatakan dalam bentuk skore yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu”
Menurut seorang ahli jiwa, Gastalt (Muhammad, 2008:14) bahwa “Perubahan sebagai hasil belajar bersifat menyeluruh baik perubahan pada perilaku maupun kepribadian secara keseluruhan. Belajar bukan semata-mata kegiatan mekanis stimulus respon, tetapi melibatkan seluruh fungsi organisme yang mempunyai tujuan-tujuan tertentu.
Pencapaian hasil belajar yang baik dari kegiatan belajar itu sendiri tidak terlepas dari peran guru sebagai fasilitator, mediator, informator, dan peran-peran lainnya dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Untuk itu, Mujiman (2006:1) mengemukakan bahwa “untuk mencapai tujuan belajar dan hasil belajar siswa secara baik, guru harus memahami dan merumuskan tujuan belajar pada suatu kompetensi, cara pencapaiannya, penetapan waktu belajar, tempat belajar, irama belajar, tempo belajar, cara belajar, maupun evaluasi hasil belajar itu sendiri.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai dari suatu kegiatan atau usaha yang dapat memberikan kepuasan emosional, dan dapat diukur dengan alat atau tes tertentu.
Haling (2006:107) mengemukakan secara jelas mengenai penilaian atau evaluasi sebagai berikut: “Penilaian merupakan suatu usaha yang bertujuan untuk mengetahui keberhasilan belajar dalam penguasaan kompetensi, juga berfungsi untuk mengetahui berhasil tidaknya pelaksanaan pembelajaran.
Macam-macam alat penilaian:
a.       Tes, yaitu suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau sserangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh pebelajar, sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi pebelajar tersebut dengan nilai standar yang ditetapkan.
b.      Non Tes, yaitu untuk menilai aspek-aspek tingkah laku yang meliputi kegiatan observasi, wawancara, studi kasus, skala penilaian, check list dan inventori.
Pada prinsipnya pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman fantasi proses belajar siswa, sebagaimana dijelaskan Sanjaya (2009:33) sebagai berikut:
a.      Indicator Ranah Cipta Kognitif
(1)   Pengamatan; dapat menunjukkan, membandingkan dan menghubungkan
(2)   Ingatan; dapat menyebutkan dan menunjukkan kembali
(3)   Pemahaman; dapat menjelaskan dan mendefinisikan dengan lisan sendiri
(4)   Penerapan; dapat memberikan contoh dan mengungkapkan secara tepat
(5)   Sintesis; (pemeriksaan dan pemilihan secara teliti) dapat menguraikan dan mengklasifikasikan
(6)   Analisis; membuat panduan baru dan utuh, dapat menghubungkan, menyimpulkan dan mengeneralisasikan (membuat prinsip baru)
b.      Indicator Ranah Rasa (afektif)
(1)   Penerimaan; menunjukkan sikap dan menolak
(2)   Sambutan; kesediaan berpartisipasi/terlibat dan memanfaatkan
(3)   Apresiasi; (sikap menghargai) menganggap penting dan bermanfaat, indah dan harmonis, serta mengagumi
(4)   Internalisasi; (pendalaman) mengakui dan meyakini atau mengingkari
(5)   Karakterisasi; (penghayatan) melambangkan atau meniadakan dan menjelmakan atau berperilaku dalam sehari-hari
c.       Indicator Ranah Karsa (Psikomotorik)
(1)Keterampilan bergerak dan bertindak, mengkoordinasikan gerakan seluruh anggota tubuh
(2)Kecakapan ekspresi verbal dan non verbal, mengucapkan dan membuat mimic serta gerakan jasmani
Hasil belajar yang dimaksud dari penjelasan di atas  merupakan tes terakhir setelah siklus dengan proporsi sebagai berikut:
a.    Hasil belajar siswa merupakan ukuran keberhasilan  guru dengan anggapan bahwa fungsi penting guru dalam mengajar adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas II SD Negeri Kertanegara II.
b.   Hasil belajar siswa mengukur apa yang telah dicapai siswa , dan hasil belajar (achievement) itu sendiri dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah, yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.
Macam-macam achievement test diantaranya oral test, essay test, dan objective test atau shot-answer test. Sedangkan untuk nilai proses belajar dan hasil belajar siswa yang bersifat keterampilan (skill), tidak dapat digunakan hanya dengan tes tertulis atau lisan, tapi harus dengan performance test yang bersifat praktek. Dari uraian di atas pada akhirnya akan menghasilkan kemampuan siswa yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan’

B.     Kerangka Pikir
Pendidikan Matematika dan Bahasa Indonesia merupakan dasar keilmuan yang cukup penting untuk ditanamkan pada siswa kelas II SD Negeri Kertanegara II. Penanaman dasar keilmuan tentang pembelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia memerlukan teknik atau metode pembelajaran yang searah dengan materi yang diajarkan (Arikunto, 1993:18) dan pengajaran ekspositori yang bersifat satu arah atau dari guru kepada para siswa sudah tidak layak lagi untuk dipakai, karena tidak memberikan pengalaman belajar yang baik pada perkembangan dan penerapan wawasan siswa di masyarakat kelak (Djamarah, 2002:36). Metodologi pembelajaran yang diterapkan pada saat sekarang sudah mengarah kepada skill atau keahlian memahami, menerapkan dan membuktikan hal-hal baru pada bidang yang dipelajari, apalagi materi pembelajaran di kelas II sudah mengarah kepada pembelajaran real, maka model pembelajaran media manipulatif dan pendekatan komunikatif sangat tepat untuk dipergunakan dalam upaya meningkatkan penguasaan materi yang diberikan.



C.     Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan kerangka pikir sebagaimana diuraikan di atas, maka pertanyaan peneliti yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
Apakah dengan menggunakan media manipulatif (model stik) dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang menentukan nilai tempat pada mata pelajaran Matematika?
Dan
Apakah dengan penerapan pendekatan komunikatif dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang menyebutkan kembali isi teks pendek pada mata pelajaran bahasa Indonesia di Kelas II SD Negeri Kertaanegara II?

D.     Perencanaan Tindakan (Hipotesis Tindakan)
Hipotesis tindakan yang akan peneliti lakukan terbagi dalam tahap sebagai berikut:
1.      Menyusun rencana pembelajaran menentukan nilai tempat pada mata pelajaran matematika.
2.      Menyusun rencana pembelajaran menyebutkan kembali isi teks pendek pada mata pelajaran bahasa Indonesia
3.      Strategi pembelajaran menggunakan media manipulatif (model stik) untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang menentukan nilai tempat pada mata pelajaran matematika.
4.      Strategi pembelajaran menerapkan pendekatan komunikatif untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang menyebut kembali isi teks pendek pada mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas II SD Negeri Kertanegara II Kecamatan Haurgeulis Kabupaten Indramayu

BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A.    Subjek Penelitian
1.      Lokasi 
Lokasi penelitian dilaksanakan di SD Negeri Kertanegara II Kecamatan Haurgeulis Kabupaten Indramayu
2.      Waktu
Waktu penelitian untuk perbaikan pembelajaran matematika dilaksanakan hari Rabu jam ke tiga pada tanggal 4, 11, dan 25 Agustus 2010 dan untuk perbaikan pembelajaran bahasa Indonesia pada hari Rabu jam ke empat tanggal 11 dan 25 Agustus, serta 1 September 2010.
3.      Mata Pelajaran
Mata pelajaran yang diteliti untuk dilakukan perbaikan pembelajaran adalah mata pelajaran Matematika dan mata pelajaran Bahasa Indonesia
4.      Kelas
Penelitian dilaksanakan di kelas II berjumlah 36 orang siswa terdiri dari 27 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan.
5.      Karakteristik
Karakteristik siswa yang dapat peneliti gambarkan, ditinjau dari domisili siswa yang berada dipedesaan, siswa sangat dipengaruhi oleh situasional masyarakat setempat, dimana siswa sering mengalami kesulitan belajar pada saat mereka harus membantu keluarga mereka untuk ikut turun ke sawah, baik pada saat musim tanam maupun saat panen tiba.
Untuk itu sasaran penelitian antara lain :motivasi belajar, keaktifan siswa, penguasaan konsep, dan ketepatan model pembelajaran.
      Dari penjelasan subjek penelitian sebagaimana diuraikan di atas, peranan guru dalam pembelajaran pun menjadi subjek penelitian dengan cara dipantau/diobservasi oleh teman sejawat untuk diperbaiki dan ditingkatkan dalam pengajian pembelajaran sehingga sasaran secara keseluruhan dapat dicapai.

B.     Deskripsi per Siklus
Prosedur setiap siklus perbaikan antara lain:
1.      Perencanaan
Penelitian perbaikan pembelajaran untuk mata pelajaran matematika dan mata pelajaran bahasa Indonesia masing-masing direcanakan pelaksanaannya sebanyak 2 siklus. Bersama-sama dengan teman sejawat perencanaan dan pelaksanakan perbaikan pembelajaran ternyata belum mencapai kriteria ketuntasan minimum, maka perencanaan dan pelaksanaan perbaikan pembelajaran masing-masing dilaksanakan dalam 3 siklus.
2.      Pelaksanaan
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran mulai tanggal 4 Agustus sampai dengan 1 September 2010, dengan jadwal pelaksanaan perbaikan pembelajaran sebagai berikut :
·         Tanggal 4 Agustus 2010 mata pelajaran Matematika siklus 1
·         Tanggal 11 Agustus 2010 mata pelajaran Matematika siklus 2
·         Tanggal 25 Agustus 2010 mata pelajaran Matematika siklus 3
·         Tanggal 11 Agustus 2010 mata pelajaran Bahasa Indonesia siklus 1
·         Tanggal 25 Agustus 2010 mata pelajaran Bahasa Indonesia siklus 2
·         Tanggal 1 September 2010 mata pelajaran Bahasa Indonesia siklus 3
Langkah-langkah yang ditempuh dalam pelaksanaan penelitian pembelajaran Matematika dan bahasa Indonesia adalah sebagai berikut
a.       Kemampuan Merencanakan Perbaikan Pembelajaran
1)      Menentukan bahan perbaikan pembelajaran dan merumuskan tujuan/indicator perbaikan;
2)      Mengembangkan dan mengorganisasikan materi, media (alat Bantu pembelajaran), dan sumber belajar;
3)      Merencanakan scenario perbaikan pembelajaran;
4)      Merancang pengelolaan kelas;
5)      Merencanakan prosedur, jenis, dan menyiapkan alat penilaian perbaikan pembelajaran; dan
6)      Tampilan dokumen rencana perbaikan pembelajaran.
b.      Kemampuan Melaksanakan Perbaikan Pembelajaran, antara lain:
1)      Mengelola ruang dan fasilitas pembelajaran;
2)      Melaksanakan kegiatan perbaikan pembelajaran;
3)      Mengelola interaksi kelas;
4)      Bersikap terbuka dan luwes serta membantu mengembangkan sikap positif siswa terhadap belajar;
5)      Mendemostrasikan kemampuan khusus dalam perbaikan pembelajaran pada mata pelajaran:
a)      Matematika:
Ø  Menanamkan konsep matematika melalui metode bervariasi yang sesuai dengan karakteristik materi,
Ø  Menguasai symbol-simbol matematika,
Ø  Memberikan latihan matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan
Ø  Menguasai materi matematika.
b)      Bahasa Indonesia:
Ø  Mendemonstrasikan penguasaan materi bahasa Indonesia,
Ø  Mengembangkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dan bernalar,
Ø  Memberikan latihan keterampilan berbahasa,
Ø  Peka terhadap kesalahan penggunaan istilah teknis, dan
Ø  Memupuk kegemaran membaca.
3.      Pengamatan/Pengumpulan Data
Pengamatan/Pengumpulan Data pada penelitian ini diperoleh dari hasil belajar siswa tiap-tiap siklus dan lembar observasi/pengamatan yang dilakukan oleh teman sejawat selaku pengamat untuk membantu pelaksanaan perbaikan pembelajaran.
Adapun pihak yang membantu dan instrument yang digunakan adalah sebagai berikut:
a.       Pihak yang membantu:
1)      Supervisor yang membimbing penelitian
2)      Kepala Sekolah yang memfasilitasi penelitian
3)      Teman Sejawat yang membantu pengamatan perbaikan’
b.      Instrumen yang digunakan:
1)      Lembar Observasi:
a)      Teknik bertanya
b)      Keterampilan Memberi Penguatan
c)      Keterampilan Mengadakan Variasi
d)     Keterampilan Menjelaskan
e)      Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
2)      Lembar Pengamatan:
a)      Keterampilan Mengelola Kelas
b)      Variasi Pola Interaksi dan Kegiatan Belajar
c)      Analisis Pemecahan Masalah
d)     Penataan Ruang Kelas
4.      Refleksi
Dalam penelitian perbaikan pembelajaran ini diadakan refleksi pada setiap selesai dilaksanakan perbaikan/siklus. Hal ini dilakukan untuk mengoreksi dan menyiapkan langkah-langkah perbaikan selanjutnya.
a.       Hasil Perbaikan pembelajaran Matematika:
Hasil siklus I pada kemampuan merencanakan perbaikan pembelajaran (APKG1), aspek mengembangkan dan mengorganisaikan materi, media (alat bantu pembelajaran) dan sumber belajar, terlihat masih kurang dalam menentukan dan mengembangkan alat bantu perbaikan pembelajaran,  sedangkan aspek merencanakan scenario perbaikan pembelajaran terlihat masih kurang dalam menyusun langkah-langkah perbaikan dan kurang dalam menentukan cara-cara memotivasi siswa,
Kemudian aspek merancang pengelolaan kelas terlihat masih kurang dalam menentukan cara-cara pengorganisasian siswa agar siswa dapat berpartisipasi dalam perbaikan pembelajaran
Sedangkan hasil siklus 2, terdapat perubahan perbaikan terutama pada mengembangkan dan mengorganisaikan materi, media (alat bantu pembelajaran) dan sumber belajar, terlihat sudah dapat menentukan dan mengembangkan alat bantu perbaikan pembelajaran juga pada aspek merencanakan scenario perbaikan pembelajaran terlihat sudah dapat menyusun langkah-langkah perbaikan tetapi masih kurang dalam menentukan cara-cara memotivasi siswa. Dan aspek lainnya yang kurang masih tetap sebagaimana dalam perbaikan pada siklus 1.
Setelah dilaksanakan siklus 3 semua aspek kemampuan merencanakan perbaikan pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
Kemudian pada kemampuan melaksanakan perbaikan pembelajaran (APKG2),
Dari siklus 1 hingga siklus 2, terutama pada aspek mendemonstrasikan kemampuan khusus dalam perbaikan pembelajaran mata pelajaran matematika, terlihat kurang menanmkan konsep matematika melalui metode bervariasi yang sesuai dengan karakteristik materi, juga kurang menguasai materi matematika.
Tetapi setelah siklus 3 semua aspek pada kemampuan melaksanakan perbaikan pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
b.      Hasil Perbaikan Pembelajaran Bahasa Indonesia
Demikian pula pada pelaksanakan perbaikan pembelajaran bahasa Indonesia, kekurangan pada APKG1 dan APKG2 dari tiap-tiap siklus sama sebagaimana hasil pada perbaikan pembelajaran matematika. Terdapat perbedaan pada kemampuan melaksanakan perbaikan pembelajaran (APKG2) yaitu pada aspek mendemonstrasikan kemampuan khusus dalam perbaikan pembelajaran, terlihat pada siklus 1 maupun pada siklus 2 masi    H kurang dalam hal mengembangkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dan bernalar, tetapi pada akhirnya siklus 3 semua aspek APKG1 maupun APKG2 berjalan dengan baik.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil Penelitian per Siklus:
1.      Hasil Penelitian per siklus pada perbaikan pembelajaran Matematika sebagai berikut:
TABEL 4.1
Perolehan Nilai Hasil Evaluasi Mata Pelajaran Matematika

Berdasarkan Kualifikasi Baik, Kurang, dan Cukup.


No
No.Induk
Nama Siswa
RP
Siklus
I
Siklus II
Siklus III
1
091001001
Abi
6
7
7
8
2
091001002
Acan Canadi
6
6
6
7
3
091001003
Ahmad Wahyudi
6
6
7
7
4
091001004
Apriyan
7
7
8
9
5
091001005
Boby Hendrayanto
7
7
7
7
6
091001006
Burhan Bili Riandi
6
7
7
8
7
091001007
Caryanto
5
6
6
7
8
091001008
Dandi
6
7
7
7
9
091001009
Dani Fikri
6
6
6
7
10
091001010
Dimas Adi Satrio
6
7
7
7
11
091001012
Jaka
6
7
7
7
12
091001013
Maryadi
6
6
6
7
13
091001015
Muslim
6
7
7
7
14
091001016
Nenti
7
7
8
9
15
091001017
Nurjanah
5
6
6
7
16
091001018
Rama
6
7
7
8
17
091001019
Ramanda
6
6
6
7
18
091001020
Ranti
6
6
7
7
19
091001021
Refli
6
6
6
7
20
091001022
Randi Wianto
6
7
7
8
21
091001025
Rasini
6
6
7
7
22
091001027
Sarinah
6
6
7
7
23
091001028
Sarfa
5
6
6
7
24
091001029
Siti Khodijah
6
6
7
8
25
091001030
Siti Kopiya
5
6
7
7
26
091001031
Sopyan Subakti
6
6
6
7
27
091001032
Suaeni
6
7
7
7
28
091001033
Sukani
6
6
7
7
29
091001034
Syahrul Mubarok
7
7
7
7
30
091001035
Uliyanto
6
6
7
7
31
091001036
Wahidi
7
7
7
8
32
091001037
Washeri
6
6
6
7
33
091001038
Wisnu Haji
6
6
7
7
34
091001039
Yogi Yoana
5
6
6
7
35
091001040
Ariya
6
6
7
8
36
091001041
Sudira
6
6
6
7

Jumlah
216
230
242
263

Rata – rata
6,00
6,38
6,72
7,31

Presentase

13,9%
5 siswa
38,9 %
14 siswa
66,7 %
24 siswa
100%
36 siswa

GRAFIK 4.1
Nilai Hasil Evaluasi Perbaikan Mata Pelajaran Matematika
Berdasarkan Tabel 4.1 di atas, siswa kelas II SDN Kertanegara II yang mengalami kesulitan pembelajaran dalam materi pembelajaran pada mata pelajaran Matematika sebanyak 5 orang siswa (13,9%) mendapat nilai 70% ke atas, dan sebanyak 31 orang siswa (86,1%) mendapat nilai di bawah 70%, dari jumlah siswa 36 orang, dan nilai rata-rata kelasnya 6,00 (60%). Hal ini dapat dikatakan bahwa sebagian besar siswa berada jauh di bawah kriteria ketuntasan minimum yakni 70%.
Setelah dilaksanakan perbaikan pembelajaran melalui siklus 1 didapat hasil peningkatan pembelajaran, dari 36 orang siswa kelas II SDN Kertanegara II sebanyak 14 siswa (38,9%) mendapatkan nilai 70% ke atas dan sebanyak 22 siswa (61,1%) kemampuan belajarnya di bawah 70%. Terjadi peningkatan hasil pembelajaran yang tadinya nilai rata-rata kelas 6,00 menjadi 6,38.(63%)
Nilai APKG1 dan APKG2 pada siklus 1 sebagai berikut:
Nilai APKG1 Siklus 1
R
=
4
+
2,3
+
2,6
+
2,8
+
4
+
4
=
3,28
6

Nilai APKG2 Siklus 1
Y
=
4
+
3,2
+
2,6
+
3
+
3
+
4
+
4
=
3,43


7

dari hasil APKG1 dan APKG2 pada siklus 1 di atas ternyata rata-ratanya 3, 36 hal ini mengidikasikan bahwa perbaikan pembelajaran masih kurang dari beberapa aspek baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan perbaikan.
Pada siklus 2 setelah dilakukan perbaikan dalam skenario pembelajaran didapat peningkatan hasil pembelajaran dimana dari 36 siswa, sebanyak 24 siswa (66,7%) mendapatkan nilai 70% ke atas dan 12 orang siswa (33,3%) kemampuan belajarnya di bawah 70%. Walau pun kecil tetapi terjadi peningkatan nilai rata-rata kelas dari nilai 6,38 menjadi 6,72. (67%)

Nilai APKG1 dan APKG2 pada siklus 2 sebagai berikut:
Nilai APKG1 Siklus 2
R
=
4
+
3
+
3
+
4
+
4
+
4
=
3,67
6

Nilai APKG2 Siklus 2
Y
=
4
+
3,7
+
3,2
+
3
+
3
+
4
+
4
=
3,56


7

Dari rata-rata nilai APKG1 dan APKG2 pada siklus 2 yang memperoleh 3,62 ternyata ada peningkatan dari beberapa aspek, tetapi pada aspek pelaksanaan perbaikan dalam mendemonstrasikan kemampuan khusus masih tidak ada perubahan sehingga perlu dilaksanakan perbaikan siklus 3.
Pada siklus 3 setelah dilakukan perbaikan dalam skenario pembelajaran didapat peningkatan hasil pembelajaran secara signifikan dimana dari 36 siswa, seluruhnya (100%) mendapat nilai 70% ke atas, dan seluruh siswa juga mendapatkan ketuntasan belajarnya (100% ). Dan rata-rata kelas terjadi peningkatan yang tajam dari 6,72 menjadi 7,31 (73%)
Nilai APKG1 dan APKG2 pada siklus 3 sebagai berikut:
Nilai APKG1 Siklus 3
R
=
4
+
4
+
4
+
4
+
4
+
4
=
4
6

Nilai APKG2 Siklus 3
Y
=
4
+
4
+
4
+
4
+
4
+
4
+
4
=
4


7

Dari hasil APKG1 dan APKG2 dengan nilai rata-rata 4,00, maka perbaikan pembelajaran pada semua aspek berjalan dengan baik, sehingga dinilai berhasil dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran Matematika.

2.      Untuk pembelajaran Bahasa Indonesia didapat hasil sebagai berikut:
TABEL 4.2
Perolehan Nilai Hasil Evaluasi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Berdasarkan Kualifikasi Baik, Kurang, dan Cukup.


No
No. Induk
Nama Siswa
RP
Siklus
I
Siklus II
Siklus III
1
091001001
Abi
6
6
8
9
2
091001002
Acan Canadi
6
6
8
8
3
091001003
Ahmad Wahyudi
6
6
8
8
4
091001004
Apriyan
7
8
8
9
5
091001005
Boby Hendrayanto
8
8
8
8
6
091001006
Burhan Bili Riandi
6
7
8
8
7
091001007
Caryanto
6
6
6
8
8
091001008
Dandi
6
7
8
9
9
091001009
Dani Fikri
6
6
6
8
10
091001010
Dimas Adi Satrio
6
6
6
8
11
091001012
Jaka
6
8
8
8
12
091001013
Maryadi
5
6
6
8
13
091001015
Muslim
6
7
8
8
14
091001016
Nenti
8
8
8
9
15
091001017
Nurjanah
6
6
6
8
16
091001018
Rama
6
7
8
8
17
091001019
Ramanda
6
6
8
8
18
091001020
Ranti
6
8
8
8
19
091001021
Refli
6
6
6
8
20
091001022
Randi Wianto
6
8
8
8
21
091001025
Rasini
6
8
8
9
22
091001027
Sarinah
6
6
6
8
23
091001028
Sarfa
5
6
7
8
24
091001029
Siti Khodijah
8
8
8
9
25
091001030
Siti Kopiya
6
7
8
8
26
091001031
Sopyan Subakti
6
6
8
8
27
091001032
Suaeni
6
8
8
9
28
091001033
Sukani
6
7
8
8
29
091001034
Syahrul Mubarok
8
8
8
9
30
091001035
Uliyanto
6
6
7
8
31
091001036
Wahidi
8
8
8
9
32
091001037
Washeri
5
6
7
8
33
091001038
Wisnu Haji
7
8
8
8
34
091001039
Yogi Yoana
6
7
7
8
35
091001040
Ariya
7
8
8
9
36
091001041
Sudira
6
6
8
8

Jumlah
226
249
270
298

Rata – rata
6,28
6,92
7,50
8,28

Presentase

13,9%
5 siswa
36,1 %
13 siswa
72,2 %
26 siswa
100%
36 siswa

GRAFIK 4.2
Nilai Hasil Evaluasi Perbaikan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Berdasarkan Tabel 4.2 di atas, siswa kelas II SDN Kertanegara II yang mengalami kesulitan pembelajaran dalam materi pembelajaran pada mata pelajaran Bahasa Indonesia sebanyak 5 orang siswa (13,9%) mendapat nilai 75% ke atas, dan sebanyak 31 orang siswa (86,1%) mendapat nilai di bawah 75%, dari jumlah siswa 36 orang, dan nilai rata-rata kelasnya 6,28 (63%). Hal ini dapat dikatakan bahwa sebagian besar siswa berada jauh di bawah kriteria ketuntasan minimum yakni 75%.
Setelah dilaksanakan perbaikan pembelajaran melalui siklus 1 didapat hasil peningkatan pembelajaran, dari 36 orang siswa kelas II SDN Kertanegara II sebanyak 13 siswa (36,1%) mendapatkan nilai 75% ke atas dan sebanyak 23 siswa (63,9%) kemampuan belajarnya di bawah 75%. Terjadi peningkatan hasil pembelajaran yang tadinya nilai rata-rata kelas 6,28 menjadi 6,92.(69%)
Nilai APKG1 dan APKG2 pada siklus 1 sebagai berikut:
Nilai APKG1 Siklus 1
R
=
4
+
2,3
+
2,4
+
2,6
+
4
+
4
=
3,22
6

Nilai APKG2 Siklus 1
Y
=
4
+
2,6
+
2,4
+
2,8
+
2,6
+
4
+
4
=
3,20


7

dari hasil APKG1 dan APKG2 pada siklus 1 di atas ternyata rata-ratanya 3, 21 hal ini mengidikasikan bahwa perbaikan pembelajaran masih kurang dari beberapa aspek baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan perbaikan
Pada siklus 2 setelah dilakukan perbaikan dalam skenario pembelajaran didapat peningkatan hasil pembelajaran dimana dari 36 siswa, sebanyak 26 siswa (72,2%) mendapatkan nilai 75% ke atas dan 10 orang siswa (27,8%) kemampuan belajarnya di bawah 75%. Terjadi peningkatan nilai rata-rata kelas dari nilai 6,92 menjadi 7,50 (75%) menyamai kriteria ketuntasan minimum yaitu 75%
Nilai APKG1 dan APKG2 pada siklus 2 sebagai berikut:
Nilai APKG1 Siklus 2
R
=
4
+
2,7
+
2,8
+
4
+
4
+
4
=
3,58
6

Nilai APKG2 Siklus 2
Y
=
4
+
3
+
3,2
+
3
+
3
+
4
+
4
=
3,46


7

Dari rata-rata nilai APKG1 dan APKG2 pada siklus 2 yang memperoleh 3,52 ternyata ada peningkatan dari beberapa aspek, tetapi pada aspek pelaksanaan perbaikan dalam mendemonstrasikan kemampuan khusus masih tidak ada perubahan sehingga perlu dilaksanakan perbaikan siklus 3.
Pada siklus 3 setelah dilakukan perbaikan dalam skenario pembelajaran didapat peningkatan hasil pembelajaran secara signifikan dimana dari 36 siswa, seluruhnya (100%) mendapat nilai 75% ke atas, dan seluruh siswa juga mendapatkan ketuntasan belajarnya (100% ). Dan rata-rata kelas terjadi peningkatan dari 7,50 menjadi 8,28 (82%)
Nilai APKG1 dan APKG2 pada siklus 3 sebagai berikut:
Nilai APKG1 Siklus 3
R
=
4
+
4
+
4
+
4
+
4
+
4
=
4,00
6

Nilai APKG2 Siklus 3
Y
=
4
+
4
+
4
+
4
+
4
+
4
+
4
=
4,00


7

Dari hasil APKG1 dan APKG2 dengan nilai rata-rata 4,00, maka perbaikan pembelajaran pada semua aspek berjalan dengan baik, sehingga dinilai berhasil dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran Bahasa Indonesia

B.     Pembahasan dari Setiap Siklus
1.      Pada Mata Pelajaran Matematika
Perbaikan pembelajaran dilaksanakan dalam tiga siklus, dimana pendekatan yang dilaksanakan untuk pemahaman siswa menentukan faktorisasi prima adalah dengan menggunakan strategi penemuan terbimbing dan kelas dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 6 orang, siswa diberi contoh-contoh dan menggunakan tutor sebaya dalam kelompok, dan guru mendorong minat dan motivasi siswa untuk mengemukakan faktorisasi prima dalam kehidupan sehari-hari.
Melalui perbaikan pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan strategi penemuan terbimbing pada materi menentukan faktorisasi prima tersebut ternyata hasilnya dapat meningkatkan motivasi siswa sehingga berpengaruh terhadap hasil belajarnya.
Sementara dari hasil observasi yang dilakukan pada siklus pembelajaran 1, siklus pembelajaran 2 dan siklus pembelajaran 3 terjadi peningkatan keterlibatan siswa dalam pembelajaran.
Setelah melakukan refleksi dengan cara menganalisis pembelajaran ternyata proses pembelajaran pada siklus 1 walaupun terjadi peningkatan hasil belajar, ternyata siswa masih kesulitan dalam memecahkan masalah. Pada siklus 2 terjadinya perubahan tingkah laku siswa, dimana situasi pembelajaran sebelumnya siswa kurang begitu aktif, maka setelah menerapkan pendekatan strategi penemuan terbimbing, muncul situasi pembelajaran yang aktif dari seluruh siswa. Pada siklus 3 seluruh siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan sangat antusias, hal ini dibuktikan dengan peningkatan hasil belajarnya.
Berdasarkan Tabel 4.1 di atas, siswa kelas II SDN Kertanegara II yang mengalami kesulitan pembelajaran dalam materi pembelajaran pada mata pelajaran Matematika. Pada Rencana Pembelajaran sebagian siswa masih ada yang kurang perhatian dalam mengikuti pelajaran, sementara tingkat penguasaan terhadap materi pelajaran hanya mencapai 14 %. Kemudian pada Siklus 1, siswa sudah mulai termotivasi dan aktif mengikuti pembelajaran, sementara penguasaan  terhadap materi mencapai 39 %. Pada Siklus 2 suasana pembelajaran semakin hidup, siswa bersemangat mengikuti pembelajaran, guru bergairah dalam mengajar, membimbing dan mengarahkan siswanya, sedangkan tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran dari hasil evaluasi cukup tinggi yaitu mencapai 67 %. Dan hasil pencapaian penguasaan siswa terhadap materi pada siklus 3 telah mampu mencapai angka   100 %.
Sedangkan dari hasil nilai APKG1 dan APKG2 terlihat ada peningkatan nilai rata-ratanya, yakni: siklus 1 memperoleh 3,36 kemudian siklus 2 memperoleh 3,62 dan pada siklus 3 memperoleh nilai rata-rata 4,00 kategori B (baik).
2.      Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Perbaikan pembelajaran dilaksanakan dengan tiga siklus, dimana pendekatan yang dilaksanakan kepada pemahaman mengisi formulir daftar riwayat hidup dan kelas dibagi kedalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 6 orang, siswa diberi contoh-contoh formulir dan menggunakan tutor sebaya dalam kelompok, dan guru mendorong minat dan motivasi siswa untuk mengisi contoh-contoh formulir yang sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari.
Melalui perbaikan pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan komunikatif pada materi mengisi formulir daftar riwayat hidup tersebut ternyata hasilnya dapat meningkatkan motivasi siswa sehingga berpengaruh terhadap hasil belajarnya.
Sementara dari hasil observasi dan pengamatan yang dilakukan pada siklus pembelajaran 1, siklus pembelajaran 2 dan siklus pembelajaran 3 terjadi peningkatan keterlibatan siswa dalam pembelajaran.
Setelah melakukan refleksi dengan cara menganalisis pembelajaran ternyata proses pembelajaran pada siklus 1 komponen keterampilan teknik bertanya terutama respon siswa saat guru mengajukan pertanyaan tidak pernah menunjukkan antusias.. dan pada keterampilan memberi penguatan jenis nonverbal menunjukkan skala nilai yang kurang. Pada siklus 2 terjadinya peningkatan skala nilai terutama pada keterampilan mengadakan variasi. Sedangkan pada pembelajaran siklus 3 seluruh komponen keterampilan dalam lembar observasi terjadi peningkatan skala nilainya, sehingga hasil belajarnya pun meningkat.
.Berdasarkan Tabel 4.2 di atas, siswa kelas II SDN Kertanegara II yang mengalami kesulitan pembelajaran dalam materi pembelajaran pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Pada Rencana Pembelajaran sebagian siswa masih ada yang kurang perhatian dalam mengikuti pelajaran, sementara tingkat penguasaan terhadap materi pelajaran baru 14 %. Pada Siklus 1, siswa sudah mulai termotivasi dan aktif mengikuti pemblajaran, sementara penguasaan  terhadap materi mencapai 36 %. Pada Siklus 2 suasana pembelajaran semakin hidup, siswa bersemangat mengikuti pembelajaran, guru bergairah dalam mengajar, membimbing dan mengarahkan siswanya, sedangkan tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran dari hasil evaluasi cukup tinggi yaitu mencapai 72 %. Dan hasil pencapaian penguasaan siswa terhadap materi pada siklus 3 telah mampu mencapai angka   100 %.
Sedangkan dari hasil nilai APKG1 dan APKG2 terlihat ada peningkatan nilai rata-ratanya, yakni: siklus 1 memperoleh 3,21 kemudian siklus 2 memperoleh 3,52 dan pada siklus 3 memperoleh nilai rata-rata 4,00 kategori B (baik).

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan
Dari hasil perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan selama 3 siklus untuk Matematika dan 3 siklus untuk Bahasa Indonesia dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1.      Pada mata pelajaran Matematika
a.       Rendahnya perhatian dan pemahaman siswa terhadap penguasaan konsep menentukan nilai tempat dapat ditingkatkan dengan penggunaan media pembelajaran model stik dalam pembelajaran Matematika dengan cara memberikan latihan dan pengerjaan soal-soal latihan yang dikemas secara menarik sehingga minat belajar siswa dapat termotivasi.
b.      Penjelasan guru yang bersifat membimbing serta pemilihan metode yang tepat dapat meningkatkan pemahaman siswa
2.      Pada mata pelajaran Bahasa Indonesia
a.       Penerapan pendekatan komunikatif dalam perbaikan pembelajaran tentang menyebutkan kembali isi teks pendek pada mata pelajaran Bahasa Indonesia sebanyak tiga kali dinilai memiliki efektivitas dan efesiensi yang tinggi. Hal ini terbukti dengan meningkatnya hasil belajar siswa secara signifikan.
b.      Keberanian siswa dalam menjawab pertanyaan dapat ditingkatkan melalui pengajuan pertanyaan yang jelas serta komunikatif dan diberikan waktu berpikir yang memadai.
Secara umum, hasil perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan sebanyak 3 siklus untuk mata pelajaran Matematika dan 3 siklus untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan tabel dan grafik yang tertuang dalam Bab IV bahwa perhatian siswa dan penguasaan materi dari siklus satu ke siklus lainnya mengalami peningkatan sehingga perbaikan pembelajaran untuk matematika dengan menggunakan strategi penemuan terbimbing dan menerapkan pendekatan komunikatif untuk Bahasa Indonesia dianggap berhasil.

B.  Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan tersebut di atas, ada beberapa hal sebaiknya dilakukan oleh guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, khususnya meningkatkan penguasaan konsep, aktivitas siswa dan motivasi siswa dalam pembelajaran, antara lain adalah :
1.      Gunakan pendekatan dan media yang tepat dan sesuai dengan materi yang diajarkan, karena dapat membantu daya tangkap dan daya serap siswa.
2.      Jelaskan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang hendak dicapai, agar siswa termotivasi
3.      Berikan penguatan yang tepat dan ideal sehingga dapat merangsang siswa untuk lebih bergairah dalam belajar.
DAFTAR PUSTAKA

·         Anitah Sri, W, dkk (2008). Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka
·         Badan Standar Nasional Pendidikan. ( 2007 ) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ), Model Silabus Kelas VI. Jakarta: BSNP.
·         Ismoyo, dkk. (2009). Aku Bangga Bahasa Indonesia SD Kelas 2. Bandung: Pusat Perbukuan dan Pemprov Jawa Barat
·         Muhsetyo, Gatot, dkk. (2008). Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Universitas Terbuka
·         Mustoha, Amin.,dkk. (2008). Senang Matematika untuk SD Kelas 2. Jakarta: Pusat Perbukuan
·         Santoso, Puji, dkk (2007) Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas Terbuka
·         Suprayekti, dkk. (2007). Pembaharuan Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka
·         Wardani, I.G.A.K., dkk. (2008). Pemantapan Kemampuan Profesional. Jakarta: Universitas Terbuka
·         Wardani, I.G.A.K., dkk. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka
·         Zainul, Asmawi, dkk. (2007) . Tes dan Asesmen di SD. Jakarta: Universitas Terbuka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar